Pelajaran ikhlas dari sebuah gula pasir


Hi Sob! Apohal kini kok? Apo baek-baek be

Pernahkah kalian mikir Sob, kenapa ya malang sekali nasib gula itu kalau campurkan dengan sesuatu, baik dengan sayur, dengan es, lebih-lebih waktu dia dicampurkan dengan yang namanya Coffe pastilah malang nasib si putih ini.

Kasus 1
"Waah Buk, ini kok sayurnya kurang manis, gulanya gemana sih kok pelit banget"
"Eh Mas kok es nya kurang manis ya, gulanya sedikit banget"
"Eh Mbak kok kopinya pahit gini ya, gulanya nih pelit banget keluarya"

Kasus 2
"Waah mantep ni sayurnya buk sedep manis juga, memang sayurnya jos"
"Waah mbak kok ini kopinya uenak pol ya, memang beda kopi mbak-nya ini"
"Wedeeh es nya mantep pol mas, memang buahnya sueger pol"

Pernah kalian ngucapin itu? Atau bahkan pernah mendengarkan orang lain berbicara seperti itu? Pasti pernah dong ya:)

Oke, cukup kita bahas folosifinya. Mari kita lihat hikmah dari peristiwa tersebut, dari kasus diatas terdapat hikmah bahwa nasib si gula sangatlah miris, ketika kurang gulanya yang kena kritik tapi saat suasana sesuai yang diinginkan nggak pernah tuh gula yang dipuji. Betapa besar kebesaran hati si gula sehingga tidak pernah tuh walau ndak pernah di puji tapi terus dia jadi pahit rasanya, pasti manis teruskan gulanya? Yah betul sekali itu dia hikmah dari sifat gula itu.

Seharusnya kita sebagai manusia jangan sampai lelas, atau bahkan berhenti berbuat baik hanya karena tidak pernah mendapatkan pujian. Pujian disitu bukan hanya berupa lisan maupun tulisan ya, pujian juga bisa disimbolkan ketika kita berkarya meski tidak di like, subscribe, dan juga bayaran. Yuk mulai sekarang berkarya tanpa henti, jangan menunggu dipuji baru melanjutkan. Tapi teruslah berkarya, berkarya, dan berkarya.

Berkarya tanpa tapi, melakukan tanpa nanti.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.