hidup tanpa arti, baru menyadari

Mentari laksana senja
Datang menghampiri tatkala mala hendak terpejam
Terpejam datang tanpa paksaan
Nahasnya itu adalah suatu kebiasaan
Tanpa sadar dan menyadari, hidup berkutat disebelah tumpukan saja
Kembali mengulang setiap saat
dan parahnya tanpa sadar waktu dan umur selalu terkuras

Hidup namun tak hidup adalah laksana pagi namun menolak untuk bangun diri
Selimut kembali menutup
Bantal selalu menjadi penganjal kebisingan dan tempat ternyaman
Tatkala mentari sudah tak lagi sejuk, ia laksana membakar kulit
Barulah seonggok keroncong penuh tai memanggil menagis janji
Dan laksana tak beralasan ia bangun langsung memenuhi walaupun tak menyadari bahwa ia budak segudang tai.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.