Kelas 2 MDT, Kelas Percontohan di semua lembaga Manarul Huda



Yang besar belum tentu dewasa dan yang kecil belum tentu kekanak-kanakan.


Tulisan ini sengaja dibuka dengan sedikit quotes yang diawur sendiri, tapi memang begitulah fakta lapangan yang berkata. Kurang lebih 10 Bulan mengamati dan menilai terkait tindak-tanduk tingkal perilaku para siswa, penulis menda  pati bahwa terdapat perbedaan yang sangat mencolok sekali antara yang memiliki minat dan yang tidak minat untuk belajar.

Dikatakan minat belajar adalah bukan mereka yang hanya sekedar mau berangkat sekolah, tapi yang sepatutnya dikatakan minat belajar adalah mereka-mereka yang dengan maksimal mempersiapkan semuanya (baik kondisi badan, kesiapan otak menerima pelajaran, serta kondisi lingkungan/tempat belajar yang nyaman). 

Dan fakta mengatakan bahwa sebagian besar para siswa belum mencapai pola pikir yang seperti itu. Tidak sedikit justru mereka-mereka yang sekolah hanya sekedar sekolah, sekedar berangkat dari rumah, parahnya lagi ada juga yang sekedar menginginkan dapat uang jajan.

Sekolah tinggal sekolah, tanpa adanya minat dan niat maka yang terjadi adalah semua dilaksanakan dengan amburadul tanpa adanya penghayatan dan kesiapan yang mencukupi. Sekolah hanya berangkat pagi (kalau sekolah formal) berangkat siang kalau sekolah diniyyah. Nahasnya hampir semua siwa melakukan hal yang sama.

Kenapa judulnya kemudian Kelas 2 MDT adalah kelas percontohan?
Karena manusianya bukan hanya sekedar sekolah, sekedar berangkat, atau sekedar enak-enak bertemu teman leha-leha kemudian banyak ngota. Namun disini kelas 2 MDT tersebut sudah mempersiapkan semuanya, mulai dari yang paling sederhana, dari sekian banyak kelas di semua lembaga Manarul Huda yang piketnya tepat waktu dan tidak saling mengandalkan adalah kelas 2 MDT, mereka tidak saling tunggi menunggu, tapi mana yang datang duluan dialah yang kemudian merapikan kelasnya.

Meningkat ke masalah berikutnya, dari sekian banyak kelas di lembaga Manarul Huda yang melaksanakan do'a awal belajar dengan on time adalah kelas 2 juga. Tidak kemudian menunggu datang baru grudak-gruduk merapikan bangku dan baca doa.

Terakhir masalah kesiapan anak-anaknya yang siap menerima ilmu yang akan diberikan atau disampaikan gurunya. Anak kelas 2 MDT walaupun guru belum datang mereka sudah anteng ditempat duduknya sambil meyibukkan diri dengan membaca materi sebelumnya ataupun membaca hal-hal yang bermanfaat lainnya seperti membaca Nadhom Aqidatul 'Awam, membaca Juz Amma, membaca Hadist, dll.

Disini sekali lagi yang dipandang penulis adalah kelasnya, bukan perorangannya. Mungkin adalah salah satu atau sebagian kecil dari kelas kelas lain di Lembaga Manarul Huda ini yang sudah bermindset seperti itu. Tapi itu cuman persen kecil.

Hal ini seharusnya menjadi renungan kepada mereka-mereka yang katanya sudah mengaku dewasa, sudah mengaku besar. Sebut saja kelas 12, 11, 10 SMK, kelas 9, 8, 7 MTs, kelas 4, 3 MDT. Apalagi yang masih sering berangkat sekolah telat, melihat sampah dibiarkan saja, di kelas ngota bae. Itu semua harus dirubah wahai manusia.

Sekolah memang tidak menjamin kesuksesan, namun dengan sekolah kita belajar, dengan belajar kita tahu perbedaan manusia dengan binatang adalah bukan kuat tenaganya, bukan keindahan parasnya, bukan kerja dan kayanya.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.